Dibalik layar seorang rupawan

Kau benar tentang Allah Maha baik, seketika aku tersadar, aku lupa dan memaksa semua berjalan atas dasar skenarioku, padahal Allah amat baik. Aku telah lebih dulu curiga mengapa semua kepahitan hidup tentang satu kisah bernama cinta itu terjadi padaku. Aku lupa bahwa dalam doaku aku selalu meminta yang terbaik, dan mungkin kau memang  bukan yang terbaik untukku, tapi untuknya. 
Rentetan kejadian satu persatu terbongkar, itulah manusia merasa benar paling pintar menyembunyikan kesalahan, aku tak habis pikir semua hal manis yang kau torehkan dalam kisah hidupku ternyata tak hanya untukku, aku salah selama ini merasa paling spesial dimatamu. Ya...aku bodoh.
Aku tak menyangka novel pemberianku justru jadi sesuatu yang indah untuk orang lain. Sekali lagi aku bodoh, percaya dengan begitu mudahnya. Ini bukan sebuah tentang keikhlasan, penerimaan takdir, lebih dari itu. Aku merasa terbodohi luar biasa, saat satu persatu kejadian terungkap. Kamu tak lebih dari seorang pembohong. kamu yang ku anggap baik, ku anggap paling pria sekali, nyatanya menoreh luka begitu dalam, bahkan hingga sulit bagiku memaafkan diriku sendiri. 
Katakan padaku bagaimana caraku melupakanmu tanpa harus membenci? aku tahu semua terjadi atas kehendakNya. 
Beribu tanya terbesit dalam benakku, sejak kapan? dimana? bagaimana mungkin? berapa banyak? mengapa tega? 
Sungguh aku berterima kasih pada Tuhan, memperlihatkan jelas siapa dirimu, aku tahu aku belum sempurna, tak berhak bagiku hanya menjudge dirimu, tapi setidaknya aku padamu adalah tulus. Sedang yang kudapati kamu padaku adalah palsu, kisah perjuangan yang kau utarakan selama ini tak lebih dari percobaan. Itu saja. Terima kasih untuk mengajarkan sesuatu hal penting. Tentang pengharapan pada manusia hanyalah sia-sia. 


Comments

Popular posts from this blog

Mencari asa yang hilang (part 3)

Manusia langka lainnya